Untuk mengontrol kondisi pengeringan, dua parameter terpenting yang harus diperhatikan adalah suhu dan kelembaban. Karena itu, pengukuran suhu (temperature=T) dan kelembaban relatif (relative humadity=RH) di dalam kiln dry kayu konvensional mutlak diperlukan.
Keduanya sangat penting untuk diperhatikan sejak desain pembuatan. Lebih-lebih selama proses pengeringan berjalan. Harus betul-betul dijaga agar hasil keringnya sesuai dengan yang diharapkan. Untuk tujuan itu, digunakan dua macam termometer. Satu termometer biasa untuk mengukur suhu ruangan, yang menunjukkan dry-bulb (DB) temperatur. Termometer yang lain digunakan untuk mengukur wet-bulb (WB) temperatur. Selisih kedua temperatur itulah yang dapat dipakai sebagai ukuruan untuk menunjukkan tingkat RH udara di dalam kiln dry.
Umumnya, kiln dry konvensional dioperasikan pada kisaran suhu DB 70oC dan suhu WB 5-10oC di bawahnya. Bisa berbeda tergantung pada beberapa faktor dan bervariasi selama proses berjalan.
Faktor utama ialah jenis kayu yang akan dikeringkan dan tingkat kelembaban yang diinginkan. Secara umum, semakin tinggi suhu udara dan semakin rendah kelembabannya maka waktu yang diperlukan untuk pengeringan semakin pendek.
Biasanya, suhu dikontrol dengan aliran uap panas yang masuk dalam kiln dry melalui pipa heater. Jika suhu ruangan terlalu tinggi, maka aliran uap panas dihentikan. ada stop kran otomatis yang terhubung dengan termometer ruangan.
Pembuatan ventilasi dimaksudkan untuk membuang kelebihan kelembaban, menjadikan mesin kiln dry kayu konvensional beroperasi secara open system.